Josh, Preman Pecinta Kekerasan dan Musik Rock
Josh Manulang
hidup dalam keadaan keluarga yang ekonominya serba kekurangan di Medan.
Berbagai penghinaan dari orang-orang terhadap ibunya sering ia lihat
dan itu sangat menyakitkan dirinya.
Sejak
kecil, ia sudah melihat kelakuan dari abang-abangnya yang suka menodong
orang lain. Ia semakin terkesima karena tindakan dari orang-orang yang
lebih tuanya tersebut tidak pernah mendapatkan hukuman dari masyarakat
maupun aparat kepolisian.
Hal inilah yang akhirnya membuat Josh memutuskan untuk menjadi orang kuat. Ia pun mendalami bela diri demi mencapai obsesinya itu.
Keberanian
ditambah dengan kemampuan bela diri membuatnya menjadi jagoan cilik.
Tak jarang ia melakukan pemalakan kepada anak-anak sekolah lain demi
mendapatkan uang jajan.
Hari-harinya di rumah selalu disuguhi dengan musik rock. Berjalan dengan waktu, ia pun menyenangi aliran musik keras ini. Ia merasakan bahwa musik rock sangat cocok dengan pribadinya.
Bersama dengan teman-temannya, Josh membentuk sebuah band rock yang bernama Crazy Rock Band. Saat sedang menyanyi lagu-lagu rock, ia merasakan sebuah kepuasan tersendiri.
Selayaknya personil band-band rock yang diketahuinya eksis selama ini, ia pun mengikuti gaya hidup mereka. Kehidupan malam merupakan dunia Josh saat itu. Kekerasan, bermabuk-mabukkan, dan tidur dengan wanita-wanita merupakan kegiatannya sehari-hari. Bukan hanya itu saja, dunia magic pun diikutinya.
Dengan bekal jimat yang ia miliki, Josh
masuk ke dalam salah satu organisasi kepemudaan. Disini, namanya terus
menanjak dengan cepat sehingga tanpa disadari ada orang-orang dalam yang
tidak menyenanginya.
Fitnah
pun datang ke kehidupnya. Ia dituduh telah berkhianat kepada organisasi
kepemudaan dimana ia bernaung saat itu. Yang sungguh mengejutkan, sang
penyebar fitnah tersebut merupakan senior yang selama ini bergaul juga
dengannya.
Pimpinan organisasi yang termakan dengan ucapan seniornya meminta Josh untuk pergi dari ibukota propinsi Sumatera Utara tersebut. Jika ia tidak menaati, maka nyawanya akan dihabisi.
Dengan
berat hati, ia pun meninggalkan Medan dan datang ke kota metropolitan,
Jakarta. Di sana, ia bertemu dengan teman lama di Medan.
“Yang namanya bandit ketemu bandit, apa sih yang harus dilakukan..Ngedar lah, Make lah (Narkoba, pen),” ujarnya.
Sampai suatu hari, ketika sedang bermain catur dengan temannya, Josh
mengalami kelumpuhan secara tiba-tiba. Matanya mulai gelap, dari kaki
terasa hawa dingin yang menjalar hingga ke seluruh tubuh, bahkan ia
seperti dapat melihat dirinya sendiri itu.
Di
tengah situasi tersebut, ia berteriak memanggil nama Tuhan. Ia meminta
tolong agar Tuhan memberikan kesempatan baginya. Setelah itu ia lakukan,
ia pun kembali sadar.
Walau sudah sadar, fisiknya masih lemah. Di tengah waktu pemulihan tubuhnya di rumah, tanpa sengaja Josh memutar sebuah kaset yang ternyata adalah lagu rohani yang direkamnya sendiri sekitar 4 tahun lalu.
Suasana
tersebut membawanya ke dalam sebuah perasaan yang sudah lama tidak ia
alami. Hatinya diliputi kerinduan untuk mendengar nama Tuhan Yesus dan
di saat itu sebuah pengakuan pertobatan pun ia naikkan.
Tak
lama kemudian, ia pun akhirnya menghubungi Herry Doloksaribu - seorang
teman cinta Tuhan yang pernah ditemui di klub malam di Medan yang kini
telah berada di Jakarta seperti dirinya.
Kepada Herry, Josh mengatakan ingin hadir dalam sebuah ibadah minggu. Setelah meyakinkan Josh tentang keinginannya tersebut, Herry mempersilahkan temannya itu untuk datang ke gereja dimana ia biasa beribadah.
Minggu tiba. Betapa sejuk hati Josh ketika pujian dinaikkan dan firman Tuhan disampaikan oleh pendeta di atas mimbar. Disana, ia meneguhkan pertobatan yang pernah ia lakukan saat di rumah beberapa waktu lalu.
Namun,
perjalanannya bersama Tuhan tidaklah semulus yang ia pikirkan. Kala
uang sudah tidak dimiliki lagi olehnya, ia menerima sebuah pekerjaan
sebagai manajer sebuah kafe.
Di tempat itu, ia kembali jatuh ke dalam dosa. Ia melakukan hubungan suami istri dengan wanita yang bukan istrinya. Kehidupan dua wajah pun ia jalani saat itu.
Namun,
di tengah-tengah kehidupannya yang penuh kemunafikan, ia mendapat
teguran dari Tuhan lewat tayangan Solusi yang ditontonnya saat itu.
Kata-kata yang disampaikan oleh pembawa acara sungguh membuatnya begitu
takut.
“Solusi ini cerita tentang pertobatan
bahwa orang yang cabul, orang yang banci, yang segala macam itu tidak
mendapat tempat di Kerajaan Surga. ‘Ngapain aku hidup di dunia ini,
kalau aku tidak mendapat tempat di Kerajaan Surga?’ Jadi firman itu
membuat aku sadar dan menyadarkan aku dari jalan-jalanku yang munafik,”
ungkapnya dengan penuh kegetiran.
Sekarang, Josh benar-benar menjadi seorang yang takut akan Tuhan. Ia pun bersyukur atas kasih karunia yang ia terima dari Tuhan.
“Di dalam Yesus, aku menemukan kasih yang bisa merubah tingkah laku, tempramental. Kalau dulu, aku menyelesaikan masalah dengan kekerasan,
dengan marah, dengan bentak-bentak kalau sekarang sudah ngga lah ya.
Aku belajar terus, belajar bahwa menyelesaikan masalah itu dengan kasih”
“Saat
ini, dengan talenta musik, mencipta lagu yang Tuhan berikan kepada aku,
aku memberikan hidupku kepada Tuhan dan tidak ingin mempermalukan nama
Tuhan lagi,” kata Josh menutup kesaksiannya.
0 komentar:
Post a Comment